Inonotus Obliquus (Jamur Chaga)

Jamur Chaga

Nama Botani – Inonotus obliquus

Nama Cina – Bai Hua Rong / Hua He Kong Jun

Secara tradisional hanya I. obliquus yang tumbuh di pohon birch yang digunakan sebagai teh dan kebijaksanaan menggunakan I. obliquus yang ditanam didukung oleh temuan bahwa beberapa komponen utamanya adalah triterpenoid betulin dan asam betulinic, yang terdapat secara alami di sejumlah pohon birch. tanaman tetapi terutama pada kulit pohon birch putih (Betula pubescens – dipandang sebagai pohon kehidupan dan kesuburan dalam banyak mitos Eropa Timur dan Siberia) yang menjadi asal muasal namanya.



pro_ren

Detail Produk

Label Produk

Flow chart

21

Spesifikasi

TIDAK.

Produk Terkait

Spesifikasi

Karakteristik

Aplikasi

A

Ekstrak air jamur chaga

(Dengan bedak)

Standar untuk Beta glukan

70-80% Larut

Rasanya lebih khas

Kepadatan tinggi

Kapsul

smoothie

Tablet

B

Ekstrak air jamur chaga

(Dengan maltodekstrin)

Standar untuk Polisakarida

100% Larut

Kepadatan sedang

Minuman padat

smoothie

Tablet

C

Bubuk jamur Chaga

(Sklerotium)

 

Tidak larut

Kepadatan rendah

Kapsul

Bola teh

D

Ekstrak air jamur chaga

(Murni)

Standar untuk Beta glukan

100% Larut

Kepadatan tinggi

Kapsul

Minuman padat

smoothie

E

Ekstrak alkohol jamur chaga

(Sklerotium)

Terstandarisasi untuk Triterpen*

Sedikit larut

Rasa pahit sedang

Kepadatan tinggi

Kapsul

smoothie

 

Produk yang Disesuaikan

 

 

 

Detil

Jamur chaga memiliki senyawa bioaktif seperti beta-glukan, triterpenoid, dan senyawa fenolik untuk melindungi diri dari tekanan lingkungan. Jamur chaga secara tradisional dikonsumsi sebagai ekstrak karena dinding selnya yang kaku, yang terdiri dari kitin berikatan silang, beta-glukan, dan komponen lainnya.

Secara tradisional ekstrak jamur Chaga dibuat dengan memanaskan jamur yang dihancurkan dalam air. Namun ekstraksi tradisional ini memerlukan waktu ekstraksi yang lama, dan rasio ekstraksi yang besar.

Metode ekstraksi canggih kami meningkatkan kemampuan ekstraksi dan beta-glukan dan triterpenoid yang lebih tinggi.

Sejauh ini belum ada cara dan referensi sampel pengujian yang diakui untuk mengukur kandungan triterpenoid dari Chaga.

Cara HPLC atau UPLC dengan golongan asam Ganoderic sebagai sampel acuan biasanya menunjukkan hasil kandungan triterpenoid yang lebih rendah dibandingkan dengan cara spektrofotometer Ultraviolet dengan asam oleanolic sebagai sampel acuan.

Sementara beberapa laboratorium yang menggunakan asiaticoside dengan HPLC biasanya menunjukkan hasil Triterpenoid yang jauh lebih rendah.


  • Sebelumnya:
  • Berikutnya:


  • Sebelumnya:
  • Berikutnya:
  • Tinggalkan Pesan Anda